Skala Gempa Bumi


Alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi adalah Seismograf. Menentukan kekuatan gempa atau kerusakan yang di timbulkan akibat gempa bumi adalah menggunakan ukuran skala gempa. Berikut ini merupakan ukuran skala gempa yang diciptakan oleh Pakar Seismologi.

1. Skala Richter
Skala ini diperkenalkan oleh seorang ahli Geologi Amerika bernama Charles F. Richter pada tahun 1934. Skala Richter sering digunakan untuk mengukur kekuatan gempa atau magnitudo gempa. Magnitudo adalah parameter kekuatan gempa yang diukur berdasarkan goncangan gempa pada sumbernya. Skala Richter mempunyai satuan skala MMI (Modified Mercalli Intensity) yang merupakan magnitudo gempa yang dibuat atas dasar kerusakan yang diakibatkan oleh gempa. Skala ini memakai bilangan 1 sampai 9. Skala ini di gunakan di Negara Indonesia.

Rumus Skala Richter

M = log A (mm) + 3 log ∆ (km) – 2,93
Keterangan :
M = magnitudo gempa
A = amplitudo gempa
∆ = jarak getaran gempa

Pembagian Skala Richter

skala
a. 2,0 - 3,4 = tidak terasa, tapi terekam seismograf
b. 3,5 - 4,2 = hanya terasa oleh beberapa orang
c. 4,3 - 4,8 = terasa oleh banyak orang
d. 4,9 - 5,4 = terasa oleh semua orang
e. 5,5 - 6,1 = sedikit merusakkan bangunan
f. 6,2 - 6,9 = merusak bangunan
g. 7,0 - 7,3 = rel kreta api bengkok
h. 7,4 - 7,9 = kerusakan hebat
i.  > 8,0      = kerusakan luar biasa

2. Skala Mercalli
Skala ini diperkenalkan oleh seorang ahli Vulkanologi Italia bernama Giuseppe Mercalli (1850-1914). Pada tahun 1902  Mercalli mengklasifikasikan skala intensitas gempa bumi dan pengaruhnya terhadap manusia, gedung dan tanah. Skala ini menggunakan indikator berupa kerusakan material yang ditimbulkan akibat Gempa Bumi. Skala Mercalli disusun dengan derajat kerusakan dengan skala I - XII.

Pembagian Skala Mercalli

I
Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang.
II
Getaran dirasakan oleh beberapa orang yang diam, lebih-lebih di rumah tingkat atas. Benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
III
Getaran dirasakan nyata di dalam rumah. Kendaraan yang sedang berhenti terasa bergerak, lamanya dapat diamati.
IV
Kalau terjadinya siang hari, banyak orang di dalam rumah dan sedikit orang diluar merasakan getaran. Jika malam hari, beberapa orang dapat terbangun. Barang pecah belah bisa pecah dan pintu berderak. Kendaraan yang di parkir bergerak.
V
Getaran dirasakan oleh hampir semua orang. Barang-barang pecah, terpelanting. Pohon dan tiang-tiang tampak bergoyang kuat, Jarum jam dapat berhenti.
VI
Kebanyakan orang panik lari keluar, karena semua orang merasakan getaran kuat. Kerusakan ringan pada cerobong asap pabrik. meja kursi bergerak dan plester dinding terlepas.
VII
Semua orang keluar rumah. Kerusakan ringan sampai sedang pada bangunan yang kuat. Banyak kerusakan pada bangunan yang tidak kuat. Cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang sedang naik kendaraan.
VIII
Kerusakan pada bangunan yang kuat dengan lubang-lubang dan retakan. Kerusakan berat pada bangunan yang tidak kuat. Dinding dapat lepas dari rangka rumah. Cerobong asap pabrik dan monumen roboh. Meja kursi terlempar, air menjadi keruh.
IX
Kerusakan pada bangunan yang kuat dengan lubang-lubang dan retakan, rangka rumah bengkok, lokasi rumah bergeser, serta pipa dalam tanah putus.
X
Bangunan dari kayu rusak, kerangka rumah lepas dari fondasi, tanah retak, re KA melengkung, tebing dan tepian sungai longsor, serta adanya banjir.
XI
Bangunan hanya sedikit yang masih berdiri, jembatan rusak, tanah retak dan merosot, rel KA bengkok-bengkok dan pipa-pipa dalam tanah rusak parah.
XII
Permukaan bumi hancur sama sekali dan tampak bergelombang.

3. Skala Omori
Skala Omori adalah skala yang digunakan di Negara Jepang, memiliki 7 tingkatan. Pengukuran gempa dengan Skala Omori disebut Shindo. Skala Omori di kenal juga dengan Hukum Omori. Hukum Omori adalah rumus empiris yang menghitung skala gempa susulan. Omori mempublikasikan hasil penelitiannya pada tahun 1894, mengenai gempa susulan dimana ia menyatakan bahwa frekuensi gempa susulan menurun berdasarkan resiprokal waktu setelah gempa utama terjadi.

Pembagian Skala Omori

I
Getaran-getaran lunak dirasakan oleh banyak orang
II
Getaran Sedang, semua orang terbangun karena bunyi jendela, pintu dan barang-barang yang pecah.
III
Getaran Agak Kuat, jam dinding berhenti, pintu dan jendela terbuka.
IV
Getaran Kuat, gambar dinding berjatuhan, dinding tembok retak-retak.
V
Getaran Sangat Kuat, dinding dan atap rumah roboh.
VI
Rumah yang kuat roboh
VII
Kerusakan menyeluruh.

4. Skala Holden
Skala Holden dibuat berdasarkan percepatan gempa dengan waktu satu detik dengan angka percepatan. Jadi skala holden ditujukan untuk angka percepatan gempa bukan didasarkan pada tingkat kerusakan gempa.

Pembagian Skala Holden

Skala 20 percepatan 2,5 - 5,0 mm/s
Skala 40 percepatan 5,0 - 10 mm/s
Skala 60 percepatan 10 - 25 mm/s
Skala 80 percepatan 25 - 50 mm/s
Skala 110 percepatan 50 - 100 mm/s
Skala 150 percepatan 100 - 250 mm/s
Skala 300 percepatan 250 - 500 mm/s
Skala 1.200 percepatan 500 - 1.000 mm/s

5. Skala De Rossi Forel
Skala De Rossi Forel diperkenalkan pada tahun 1881 dan 1883 oleh Michele Stefano De Rossi dan Francois Alphonse Forel. Skala ini digunakan di Negara Prancis, tidak jauh berbeda dengan Skala Holden. Bedanya pada Skala de Rossi Forel percepatan gempanya dinyatakan dengan Angka Romawai bukan angka percepatan seperti pada Skala Holden. Skala De Rossi Forel digunakan untuk mengklasifikasikan gempa bumi menurut Intensitasnya.

(Diambil dari berbagai sumber)

PopCasH

Popular posts from this blog

Piramida Penduduk

MATERI POKOK BAHASAN KELAS X

Objek Studi Geografi