KLASIFIKASI IKLIM
Iklim merupakan gabungan berbagai
kondisi cuaca sehari-hari atau dikatakan juga rata-rata cuaca. Iklim
disusun berdasarkan unsur-unsur yang sama dengan unsur-unsur penyusun cuaca.
Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangannya, iklim harus berdasarkan nilai
normal. Yaitu, nilai rata-rata cuaca selama 30 tahun (berdasarkan persetujuan
internasional).
1. Iklim Matahari
Klasifikasi iklim matahari,
didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan
bumi. Tempat-tempat yang lintangnya tinggi lebih sedikit daripada tempat-tempat
yang lintangnya rendah.
1)
Iklim Tropis
Iklim tropis terletak antara 0° -
231/2° LU/LS dan hampir 40 % dari permukaan bumi.
Ciri-ciri iklim tropis adalah
sebagai berikut:
a.
Suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu
vertikal. Umumnya suhu udara antara 20- 23°C. Bahkan di beberapa tempat
rata-rata suhu tahunannya mencapai 30°C.
b.
Amplitudo suhu rata-rata tahunan kecil. Di kwatulistiwa
antara 1 - 5°C, sedangkan ampitudo hariannya lebih besar.
c.
Tekanan udaranya rendah dan perubahannya secara
perlahan dan beraturan.
d.
Hujan banyak dan lebih banyak dari daerah-daerah lain
di dunia.
2) Iklim Sub Tropis
Iklim sub tropis terletak antara
231/2° - 40°LU/LS. Daerah ini merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim
sedang. Ciri-ciri iklim sub tropis adalah sebagai berikut:
1. Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan
daerah peralihan dari daerah iklim tropis ke iklim sedang.
2. Terdapat empat musim, yaitu musim panas, dingin, gugur,
dan semi. Tetapi musim dingin pada iklim ini tidak terlalu dingin. Begitu pula
dengan musim panas tidak terlalu panas.
3. Suhu sepanjang tahun menyenangkan. Maksudnya tidak
terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
4. Daerah sub tropis yang musim hujannya jatuh pada musim
dingin dan musim panasnya kering disebut daerah iklim Mediterania, dan jika
hujan jatuh pada musim panas dan musim dinginnya kering disebut daerah iklim
Tiongkok.
5. Gurun pasir yang luas di dunia terdapat di daerah iklim
ini
3) Iklim Sedang
Iklim sedang terletak antara 40°-
661/2° LU/LS. Ciri-ciri iklim sedang adalah sebagai berikut:
1. Banyak terdapat gerakan-gerakan udara siklonal, tekanan
udara yang sering berubah-ubah, arah angin yang bertiup berubah-ubah tidak
menentu, dan sering terjadi badai secara tiba-tiba.
2. Amplitudo suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu
harian lebih kecil dibandingkan dengan yang terdapat pada daerah iklim tropis.
4) Iklim Dingin (Kutub)
Iklim dingin terdapat di daerah
kutub. Oleh sebab itu iklim ini disebut pula sebagai iklim kutub. Iklim dingin
dapat dibagi dua, yaitu iklim tundra dan iklim es.
Ciri-ciri iklim tundra adalah
sebagai berikut:
1.
Musim dingin berlangsung lama.
2.
Musim panas yang sejuk berlangsung singkat.
3.
Udaranya kering.
4.
Tanahnya selalu membeku sepanjang tahun.
5.
Di musim dingin tanah ditutupi es dan salju.
6.
Di musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat
mencairnya es di permukaan tanah.
7.
Vegetasinya jenis lumut-lumutan dan semak-semak.
8.
Wilayahnya meliputi: Amerika utara, pulau-pulau di
utara Kanada, pantai selatan Greenland, dan pantai utara Siberia.
Sedangkan ciri-ciri iklim es atau
iklim kutub adalah sebagai berikut:
a. Suhu terus-menerus rendah sekali sehingga terdapat
salju abadi.
b. Wilayahnya meliputi: kutub utara, yaitu Greenland
(tanah hijau) dan Antartika di kutub selatan.
2. Iklim Menurut Koppen
Wladimir Köppen (1918, Austria)
dari Universitas Graz, ahli di bidang klimatologi dan geografi tumbuh-tumbuhan.
Klasifikasi iklim Köppen berdasarkan rata-rata curah hujan dan temperatur
terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Köppen mengklasifikasikan iklim
atas 5 golongan besar menggunakan huruf kapital, yaitu A, B, C, D, dan E. Iklim
B digabungkan dengan huruf kapital lain, yaitu huruf S (stepa atau semi
arid) dan W (wuste atau arid), sedangkan E dengan T (tundra), dan F (frost).
Oleh karena itu, iklim Köppen menjadi 4 iklim, yaitu BS, BW, ET, dan EF. Untuk
iklim A, C dan D digabungkan dengan huruf kecil, yaitu huruf f, m, s, dan w.
f = feucht (lembap),
berarti basah, sepanjang tahun selalu turun hujan dan tidak ada musim kering.
m = medium, berarti
musim hujannya panjang atau musim keringnya pendek.
s = summer, berarti
kering pada musim panas.
w = winter, berarti
kering pada musim dingin.
Peta iklim Menurut Koppen
Deskripsi
iklim Menurut Koppen adalah sebagai berikut :
Wilayah beriklim tipe A memiliki
curah hujan tinggi, penguapan tinggi (rata-rata 70 cm3/tahun), dan suhu udara
bulanan rata-rata di atas 18° C. Curah hujan tahunan lebih dari penguapan
tahunan, tidak ada musim dingin.
Wilayah beriklim tipe A
dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut.
1) Iklim
tipe Af memiliki suhu udara panas dan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Di
wilayah beriklim tipe A terdapat banyak hutan hujan tropik. Contoh: wilayah
Sumatra, Kalimantan, dan Papua.
Wilayah beriklim tipe Af memiliki
ciri:
a)
hutan sangat lebat dan heterogen (bermacam-macam
tanaman);
b)
terdapat banyak tumbuhan panjat; serta
c)
terdapat jenis tumbuhan seperti pakis, palem, dan
anggrek.
2) Iklim
tipe Am, memiliki suhu udara panas, musim hujan, dan musim kemarau yang kering.
Batas antara musim hujan dan kemarau tegas. Wilayah beriklim tipe Am antara
lain terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian
selatan.
Wilayah beriklim tipe Am memiliki
ciri:
a)
curah hujan tergantung musim;
b)
jenis tanaman pendek dan homogen; serta
c)
hutan homogen yang menggugurkan daunnya ketika kemarau.
3) Iklim
tipe Aw, memiliki suhu udara panas, musim hujan, dan musim kemarau yang lebih
panjang dibandingkan dengan musim hujan. Wilayah beriklim tipe Aw terdapat di
wilayah Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Selatan, Kepulauan Aru, dan Papua bagian selatan.
Wilayah beriklim tipe Aw memiliki
ciri:
1.
hutan berbentuk sabana (savana);
2.
jenis tumbuhan padang rumput dan semak belukar; dan
3.
pohonnya berjenis rendah.
b. Iklim Tipe B (Iklim Kering)
Ciri Iklim tipe B adalah penguapan
tinggi dengan curah hujan rendah (rata-rata 25,5 mm/tahun) sehingga sepanjang
tahun penguapan lebih besar daripada curah hujan. Tidak terdapat surplus
air. Di wilayah beriklim tipe B
tidak terdapat sungai yang permanen. Wilayah beriklim tipe B dibedakan menjadi
tipe Bs (iklim stepa) dan tipe Bw (iklim gurun).
c. Iklim Tipe C (Iklim Sedang
Hangat)
Iklim tipe C mengalami empat musim,
yaitu musim dingin, semi, gugur, dan panas. Suhu udara rata-rata bulan
terdingin adalah (–3)°C – (–8)°C. Terdapat paling sedikit satu bulan yang
bersuhu udara rata-rata 10° C. Iklim tipe C dibedakan menjadi tiga, sebagai
berikut.
1) Iklim
tipe Cw, yaitu iklim sedang basah (humid mesothermal) dengan musim
dingin yang kering.
2) Iklim
tipe Cs, yaitu iklim sedang basah dengan musim panas yang kering.
3) Iklim
tipe Cf, yaitu iklim sedang basah dengan hujan dalam semua bulan.
d. Iklim Tipe D (Iklim Salju
Dingin)
Iklim tipe D merupakan iklim hutan
salju dengan suhu udara rata-rata bulan terdingin < –3° C dan suhu udara
rata-rata bulan terpanas > 10° C. Iklim tipe D dibedakan menjadi dua:
1) Iklim tipe Df, yaitu iklim hutan salju dingin dengan
semua bulan lembap.
2) Wilayah beriklim tipe Dw, yaitu iklim hutan salju
dingin dengan musim dingin yang kering.
e. Iklim Tipe E (Iklim Kutub)
Wilayah beriklim tipe E mempunyai
ciri tidak mengenal musim panas, terdapat salju abadi dan padang lumut. Suhu
udara tidak pernah melebihi 10° C. Wilayah beriklim tipe E dibedakan atas tipe
Et (iklim tundra) dan tipe Ef (iklim kutub dengan salju abadi). Iklim tipe E
terdapat di daerah Arktik dan Antartika.
3. Iklim Menurut Junghuhn
Frans Junghuhn adalah seorang
klimatolog Jerman yang melakukan penelitian di Jawa Barat. Junghuhn
menggolongkan iklimnya atas empat daerah suhu udara, menurut ketinggian tempat
dari muka laut. Penggolongan ini erat hubungannya dengan jenis-jenis tanaman yang
tumbuh
dan berproduksi optimal sesuai
dengan habitat suhunya.
Schmidt–Ferguson mengklasifikasikan
iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan
basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan terjadi curah
hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah
hujannya lebih dari 100 mm. Iklim Schmidt
dan Ferguson sering disebut juga Q model karena didasarkan atas nilai Q. Nilai
Q merupakan perbandingan jumlah ratarata bulan kering dengan jumlah rata-rata
bulan basah. Nilai Q dirumuskan sebagai berikut.
Makin
besar nilai Q, berarti iklimnya semakin kering dan semakin kecil nilai Q, iklim
semakin basah. Schmidt dan Fergusson menggolongkan
tipe-tipe iklim sebagai berikut.
Daerah
X data curah hujan tahun 2005 sebagai berikut.
Jumlah
bulan kering = 5 (Mei, Juni, Juli, Agustus, September)
Jumlah bulan basah = 7
(Januari, Februari, Maret, April, Oktober, November, Desember)
Jadi daerah X bercorak iklim D
(Sedang)
5. Iklim Menurut Oldeman
Penentuan iklim menurut Oldeman
menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim menurut Schmidt-Ferguson,
yaitu unsur curah hujan. Bulan basah dan bulan kering dikaitkan dengan kegiatan
pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona
agroklimat. Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang
cukup untuk membudidayakan padi sawah. Sedang untuk membudidayakan palawija,
jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Selain
itu, musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah
selama satu musim. Dalam metode ini, dasar penentuan bulan basah, bulan lembap,
dan bulan kering sebagai berikut:
a. Bulan basah, apabila curah hujannya > 200 mm.
b. Bulan
lembap, apabila curah hujannya 100–200 mm.
c. Bulan kering, apabila curah hujannya < 100
mm.
Comments
Post a Comment