Anggapan Tentang Jagat Raya

Sejak zaman dahulu manusia telah dibuat takjub dengan berbagai fenomena yang ada di alam semesta. Berbagai fenomena alam tersebut menyebabkan timbulnya keingintahuan untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak manusia. Mengapa bintang hanya terlihat pada malam hari dan matahari bersinar pada siang hari? Mengapa matahari terbit di timur dan bukan di barat? Apakah bumi dikelilingi matahari? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain yang timbul. Berikut ini adalah anggapan-anggapan manusia tentang jagat raya dan alam semesta sejak dahulu hingga sekarang.

a. Anggapan Antroposentris atau Egosentris
Anggapan ini dimulai pada tingkat awal manusia atau pada masa manusia primitif yang menganggap bahwa manusia sebagai pusat alam semesta. Pada waktu menyadari ada bumi dan langit, manusia menganggap matahari, bulan, bintang, dan bumi serupa dengan hewan, tumbuhan, dan dengan dirinya sendiri.

b. Anggapan Geosentris
Anggapan ini menempatkan Bumi sebagai pusat dari alam semesta. Geosentris (geo = Bumi; centrum = titik pusat). Anggapan ini dimulai sekitar abad VI Sebelum Masehi (SM), saat pandangan egosentris mulai ditinggalkan. Salah seorang yang mengemukakan anggapan geosentris adalah Claudius Ptolomeus. Ia melakukan observasi di Alexandria, kota pusat budaya Mesir pada masa lalu. Ia menganggap bahwa pusat jagat raya adalah Bumi, sehingga Bumi ini dikelilingi oleh matahari dan bintang-bintang.

c. Anggapan Heliosentris
Semakin majunya alat penelitian dan sifat ilmuwan yang semakin kritis, menyebabkan bergesernya anggapan geosentris. Pandangan heliosentris (helios = matahari) dianggap sebagai pandangan yang revolusioner yang menempatkan matahari sebagai pusat alam semesta. Seorang mahasiswa kedokteran, ilmu pasti dan Astronomi, Nicholas Copernicus (1473–1543) pada tahun 1507 menulis buku ”De Revolutionibus Orbium Caelestium” (tentang revolusi peredaran benda-benda langit). Ia mengemukakan bahwa matahari merupakan pusat jagat raya yang dikelilingi planet-planet, bahwa bulan mengelilingi Bumi dan bersama-sama mengitari matahari, dan bahwa Bumi berputar ke timur yang menyebabkan siang dan malam.

d. Anggapan Galaktosentris
Galaktosentris (Galaxy = kumpulan jutaan bintang) merupakan anggapan yang menempatkan galaksi sebagai pusat Tata Surya. Galaktosentris dimulai tahun 1920 yang ditandai dengan pembangunan teleskop raksasa di Amerika Serikat, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih banyak mengenai galaksi.

Cara Mengukur Jarak Benda-benda Angkasa

Untuk mengukur jarak benda-benda angkasa dari planet bumi digunakan satuan kecepatan cahaya. Yang dimaksud dengan cahaya adalah radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat menembus ruang hampa tanpa melalui penghantar. Kecepatan cahaya = 300.000 km/det. Kalau kita mengamati benda angkasa dari bumi dengan menggunakan teropong, maka jika tampak dalam waktu satu detik kemudian, dapat dikatakan jarak benda angkasa itu sebesar 300.000 km. karena jarak planet dengan sebuah bintang jutaan kilometer, maka digunakan ukuran tahun cahaya.

Pada dasarnya untuk menentukan jarak antara sebuah planet dengan bumi atau bumi dengan sebuah bintang, pertama-tama terlebih dahulu diteropong, kemudian dihitung waktu terlihatnya berapa detik atau menit, kemudian dihitung dengan satuan tahun cahaya. Untuk menghitung satu tahun cahaya dapat dengan cara berikut.

  1. Jarak yang ditempuh cahaya per detik = 300.000 km
  2. Jarak yang di tempuh cahaya per menit = 300.000 km x 60 = 18.000.000 km
  3. Jarak yang di tempuh cahaya per jam = 18.000.000 x 60 = 1.080.000.000 km
  4. Jarak yang di tempuh cahaya per hari = 1.080.000.000 x 24 = 25.920.000.000 km
  5. Jarak yang di tempuh cahaya per tahun = 25.920.000.000 x 365 = 9.4505 x 1012 km

PopCasH

Popular posts from this blog

Piramida Penduduk

MATERI POKOK BAHASAN KELAS X

Objek Studi Geografi