GEMPA BUMI
Gempa bumi adalah
getaran yang berasal dari dalam bumi yang merambat sampai ke permukaan bumi
yang disebabkan oleh tenaga endogen. Ilmu yang secara khusus mempelajari gempa
disebut seismologi, sedangkan ilmuwan yang mengkhususkan diri untuk
mempelajari gempa disebut seismolog. Alat yang digunakan untuk
mengukur dan mencatat kekuatan getaran gempa disebut seismograf atau seismometer.
Jadi, dengan alat ini akan diketahui
besarnya kekuatan getaran gempa dan lamanya gempa.
Agar bisa membaca peta informasi
gempa, kita harus mengenal beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam peta
gempa, yaitu sebagai berikut:
a) Hiposentrum, yaitu
titik pusat terjadinya gempa yang terletak di lapisan bumi bagian dalam.
b) Episentrum, yaitu
titik pusat gempa bumi yang terletak di permukaan bumi, tegak lurus dengan
hiposentrum.
c) Fokus, yaitu jarak
antara hiposentrum dengan episentrum.
d) Isoseista, yaitu
garis pada peta yang menghubungkan daerah-daerah yang mengalami intensitas
getaran gempa yang sama besarnya.
e) Pleistoseista, yaitu
garis pada peta yang menunjukkan daerah yang paling kuat menerima goncangan
gempa. Daerah tersebut terletak di sekitar episentrum.
f) Homoseista, yaitu
garis pada peta yang menghubungkan daerah yang menerima getaran gempa yang
pertama pada waktu yang bersamaan.
a) Klasifikasi gempa
Gempa dapat diklasifikasikan
berdasarkan faktor penyebabnya, kedalaman hiposentrum, jarak episentral, dan
letak pusat gempa.
(1) Berdasarkan faktor
penyebabnya
(a) Gempa bumi runtuhan (Fall
Earthquake)
Gempa ini terjadi akibat runtuhnya
batu-batu raksasa di sisi gunung, atau akibat runtuhnya
gua-gua besar. Radius getaran tidak
begitu besar atau tidak terasa.
(b) Gempa bumi vulkanik (Volcanic
Earthquake)
Gempa ini terjadi akibat aktivitas
gunung api. Dalam banyak peristiwa, gempa bumi ini mendahului erupsi
gunung api, tetapi lebih sering terjadi secara bersamaan. Getaran gempa vulkanik
lebih terasa dibandingkan getaran gempa runtuhan, getarannya terasa di daerah yang
lebih luas.
(c) Gempa bumi tektonik (Tectonic
Earthquake)
Gempa ini terjadi akibat proses
tektonik di dalam litosfer yang berupa pergeseran lapisan batuan tua
terjadi dislokasi. Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar dan meliputi daerah
yang sangat luas.
(2) Berdasarkan Bentuk
Episentrum
(a) Gempa linear, yaitu gempa yang
episentrumnya berbentuk garis. Gempa tektonik merupakan gempa linear. Salah
satu akibat tektonisme adalah patahan.
(b) Gempa sentral, yaitu gempa yang
episentrumnya berupa titik. Gunung api pada erupsi sentral adalah sebuah
titik letusan, demikian juga runtuhan retak bumi.
(3) Berdasarkan Kedalaman
Hiposentrum
(a) Gempa dangkal, memiliki
kedalaman hiposentrumnya kurang dari 100 km di bawah permukaan bumi.
(b) Gempa menengah, memiliki
kedalaman hiposentrumnya antara 100 km-300 km di bawah permukaan bumi.
(c) Gempa dalam, memiliki kedalaman
hiposentrumnya antara 300-700 km di bawah permukaan bumi. Sampai saat ini
tercatat gempa terdalam 700 km.
(4) Berdasarkan Jarak
Episentrum
(a)
Gempa setempat, berjarak kurang dari 10.000 km.
(b)
Gempa jauh, berjarak 10.000 km.
(c)
Gempa jauh sekali, berjarak lebih dari 10.000 km.
(5) Berdasarkan Letak Pusat
Gempa
(a) Gempa laut, terjadi jika letak
episentrumnya terletak di dasar laut atau dapat pula dikatakan
episentrumnya terletak di permukaan laut. Gempa ini terjadi karena getaran permukaan
dirambatkan di permukaan laut bersamaan dengan yang dirambatkan pada permukaan
bumi di dasar laut.
(b) Gempa darat, terjadi jika
episentrumnya berada di daratan
b) Gelombang Gempa
Titik di bawah tanah, tepat di
tempat bebatuan berguncang dan menyebabkan gempa bumi disebut pusat atau hiposentrum. Mungkin, titik ini
berada ratusan kilometer di bawah tanah. Gerakan bebatuan menyebabkan getaran
yang disebut gelombang seismik.
Pada dasarnya, ada tiga macam
gelombang gempa,yaitu sebagai berikut:
(1) Gelombang longitudinal atau gelombang
primer (P), yaitu gelombang yang merambat dari hiposentrum ke segala
arah dan tercatat pertama kali oleh seismograf dengan kecepatan antara 7 -
14 km per detik dan periode gelombang 5 - 7 detik.
(2) Gelombang transversal atau gelombang
sekunder (S), yaitu gelombang yang merambat dari hiposentrum ke
segala arah dan tercatat sebagai gelombang kedua oleh seismograf dengan
kecepatan antara 4 - 7 km per detik dan periode gelombang 11 - 13 detik.
(3) Gelombang panjang atau
gelombang permukaan, yaitu gelombang yang merambat dari episentrum
menyebar ke segala arah di permukaan bumi dengan kecepatan antara 3,5 - 3,9 km
per detik dan periode gelombang relatif lama.
Jarak stasion ke episentrum dapat
dihitung dengan menggunakan Hukum Laska berikut:
Ä = {(S – P) – 1} × 1 megameter
Ä = Delta, menunjukkan jarak
ke episentrum r = 1 menit; 1 megameter = 1.000 km.
S = Saat tibanya gelombang S pada
seismograf
P = Saat tibanya gelombang P pada
seismograf
Contoh soal:
Gempa Gunung Tangkubanperahu
tercatat pada seismograf stasion di Garut sebagai berikut:
a. Gelombang longitudinal tercatat
pada jam 08 25’ 25"
b. Gelombang transversal tercatat
pada jam 08 26’ 40"
Berapa jarak Garut dari episentrum
gempa?
Jawab:
Delta = {(08 26’ 40” – 08
25’ 25”) – 1’} × 1.000 km
= ( 01’ 15” –
1’) × 1.000 km
= 250 km